TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!” Bilangan 14:11. Allah adalah sosok pribadi dan tentunya ada rasa kecewa, marah, sedih, cemburu dan lainnya yang tidak beda dengan perasaan pada manusia umumnya. Dalah kisah Perjanjian Lama ada tokoh Musa yang melakukan banyak mujijat seperti 10 tulah di Mesir, membelah laut untuk menyeberang, memberikan 10 hukum taurat dll. Ada Tiang Api dan Tiang Awan yang selalu menuntun perjalanan mereka di padang gurun siang dan malam.. Mengapa bangsa Israel tetap bersikap tegar tengkuk walaupun mereka banyak melihat mujijat dan tanda ajaib ? Bagaimana dengan jaman Yesus dalam Perjanjian Baru ? Coba perhatikan sosok Yudas Iskariot, berapa banyak mujijat-mujijat yang dilakukan Yesus dan disaksikan langsung oleh Yudas selama bersama-sama contoh air yang dirubah menjadi anggur, lumpuh disembuhkan, sakit dipulihkan dan mati dibangkitkan. Petrus yang meyangkal 3 kali padahal dia sudah pernah mengalami berjalan diatas danau. Semua mujijat sudah terjadi dan mereka menyaksikan langsung, tetapi tidak menjadikan sebuah warning atau tanda yang harus mereka patuhi. Mengapa ? Bagaimana dengan Anda ? (Renungkanlah !!)

Apakah Tuhan pernah kecewa dengan umat-Nya ? Dalam Kitab Yesaya 29:13 Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” dan Kitab Matius 15: 7-9 Yesus menyampaikan hal yang sama “Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia”. Ke 2 (dua) ayat diatas disampaikan dalam kurun waktu yang sangat jauh, merupakan sebuah ekpresi rasa kecewa Tuhan yang pernah dilontarkan melalui nabi Yesaya dan Yesus sendiri. Mari kita lihat lebih dalam dimana ada kejadian lain di Taman Getsemani ketika Yesus mendapati murid-muridNya tertidur disaat Yesus berdoa dalam pergumulan terberatNya tetapi semua tertidur saat diminta untuk berjaga-jaga dan Ia berkata kepada Petrus “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” Matius 26:40 lalu bagaimana dengan ekspresi Yesus terhadap rencana Yudas Iskariot yang akan menjualnya dengan 30 keping perak (baca dan renungkan Matius 26:20-25). Apakah secara manusiawi Yesus tidak merasa kecewa dengan sikap muridnya itu ?

Mujijat-mujijat yang terjadi pada masa Perjanjian Lama dan Baru mengambarkan situasi yang ironis sekali melihat sikap umatnya waktu itu, apalagi di jaman now saat ini bagaimana kita memandang hadiratNya, dan secara kasat mata kita tidak dapat melihat langsung seperti yang terjadi di jaman Yesus melakukan mujijatnya. Apakah kita tetap dapat percaya bahwa mujijat itu masih ada sampai hari ini ? Jawabannya “Iya” bahkan lebih ajaib kalau dibandingkan terdahulunya. Karena mujijat terjadi disebabkan oleh iman kita seperti apa yang disampaikan dalam Ibrani 11: 1 (“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”) dapat terjadi walaupun tidak ada sosok Yesus hadir secara kasat mata seperti di Perjajian Baru. Pertanyaannya : apakah cukup dengan kata-kata beriman dan di doakan langsung terjadi penggenapan dari sebuah harapan ? Dari pengalaman pribadi yang penulis alami tidak semudah dengan cukup berkata-kata di-iman-kan dan langsung mujijat itu terjadi, tetapi ada hal lain yang harus disertakan barulah mujijat terjadi.

Bagaimana cara membuat Tuhan tidak kecewa ?

Beriman harus ada landasannya karena tidak sekedar diimankan dan berdoa sudah cukup. Ada beberapa tahapan yang dapat menggerakan hati Tuhan dan langkah-langkah tersebut tidak akan membuat Tuhan kecewa tetapi membuat Tuhan tersenyum melihat perbuatan kita dalam pengharapan. Apa saja tahapan yang harus dikerjakan sehingga Tuhan disenangkan dan mujijat terjadi ?

1. Hiduplah dalam Kekudusan ( 1 Petrus 1 : 15 – 16 )
“tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”. Dari ayat ini kita semua sudah diingatkan oleh Petrus bahwa Tuhan itu kudus dan hidup kita harusnya kudus juga barulah berkenan kepada-Nya. Tanpa hidup dalam kekudusan maka mujijat akan sulit hadir dalam kehidupan kita.

2. Mempunyai Pikiran dan Perasaan Kristus ( Filipi 2 : 5 )
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” Rasul Paulus mengingatkan kita semua untuk menyatukan pikiran dan perasaan Kristus berupa karakter Kristus pada kehidupan kita sehari-harinya. Barulah hidup kita berjalan dalam kekudusan.

3. Berikiran yang Positif ( Filipi 4 : 8 )
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Dengan mempunyai pikiran yang positif maka kita dapat memandang segala sesuatunya dengan sudut pandang atau mindset yang positif, maka hati kita akan bersih dari hal-hal yang akan mendukakan hati Tuhan.

4. Mengosongkan diri dalam Keheningan / Solitude ( Filipi 2 : 7 )
Kalau Yesus “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” Dalam bahasa Yunani di kenal kata “Kenosis” yang mempunyai arti “Mengosongkan diri” dalam pemahaman yang sederhana bahwa kita harus punya waktu untuk mengosongkan diri dan menyatu dalam kehadirat-Nya disaat kita ber-Saat Teduh dan merenungkan firman-Nya ( baca Yosua 1:8 ) untuk mendengarkan apa yang disampaikan Roh Kudus kepada kita. Tujuan dari mengosongkan diri adalah merendahkan diri kita dan mematikan sang “Aku” sehingga di dalam keheningan Saudara dapat mendengarkan apa yang ingin Tuhan sampaikan.

5. Jangan Mendukakan Roh Kudus ( Efesus 4 : 30 )
“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan”. Rasul Paulus mengingat jemaat di Efesus “…kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia.” (Efesus 4:17) Sebagai manusia yang sudah mengalami hidup baru harusnya kita sudah menanggalkan segala perbuatan dan karakter lama yang tidak berkenan kepada Tuhan. Kalau hidup kita masih tetap dalam kedagingan maka berdukalah Roh Kudus yang telah memeteraikan keselamatan bagi kita.

Masih banyak lagi point-point yang dapat dijabarkan lebih detail dan dipelajari lebih dalam point diatas sehingga tidak membuat Tuhan kecewa dengan hidup kita, maka ke 5 point diatas setidaknya sudah dapat menjadi warning bagi hidup kita. Harapan penulis, melalui renungan sederhana ini sekiranya para pembaca diingatkan kembali untuk tidak membuat Tuhan kecewa dan selalu belajar menjadi seperti karakter Kristus.

Renungan oleh : Ev. Edward Pipie Jahja

Loading