“Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.” 1 Korintus 3 :10 Penggalan ayat diatas saya dapatkan pada saat renungan pagi dan ketika dibaca lebih jauh sampai ayat 15 terasa adanya suatu yang menegur atas kalimat miring diatas.
“Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.” Coba kita perhatikan kalimat huruf miring, bahwa yang turut bertanggung jawab membentuk atau membangun pertumbuhan iman bukan hanya pendeta atau gembala gereja tetapi harus ada langkah proaktif dari diri kita sendiri. Kebiasaan buruk yang terjadi adalah suka menyalahkan orang lain bahwa kegagalan kita bertumbuh dikarenakan tidak adanya perhatian yang cukup intesive dari gereja dimana kita bernaung atau dikarenakan sibuknya gembala gereja atau pendeta sehingga tidak ada waktu untuk kita. Kenyataannya Firman Tuhan sudah diingatkan oleh Rasul Paulus bahwa kita harus dapat memperhatikan bagaimana dia harus bertumbuh. Seakan-akan ada alasan yang klasik yaitu menyalahkan orang lain….
Apa yang dimaksudkan proses bertumbuh ?
Bertumbuh adalah sebuah proses dari kecil menjadi besar atau dari lemah menjadi kuat dapat dicontohkan pada benih tanaman yang biasa kita tanam di pot atau kebun. Coba perhatikan hari ke hari proses pertumbuhan dari bibit keluarlah tunas baru yang muncul dari tanah, akhirnya melalui berbagai proses dari pemupukan, penyiraman dan penyinaran dan seterusnya jadilah tumbuhan atau tanaman yang besar dan kuat. Masih ingat perumpamaan biji sesawi “Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya”. Matius 13:32 Ada proses yang terus berjalan dan tidak ada alasan untuk berhenti berproses….
Ketika seseorang yang berkata saya sudah bertumbuh maka pertanyaannya bagaimana orang itu bertumbuh ? Proses apa saja yang sudah dilaluinya. Biasanya mereka sering berkata kalau setiap minggu rajin ke gereja dan dengar kotbah-kotbah seolah-olah sudah bertumbuh, tetapi ketika ada masalah atau problem yang datang rapuhlah kondisinya bahkan rutinitas ke gereja tiap minggu perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Untuk proses bertumbuh tidak cukup hanya datang setiap minggu ke gereja mendengarkan kotbah-kotbah yang dapat di ibaratkan adanya penyiraman rohani, dapat dipastikan hasilnya tidak akan maksimal karena masih ada proses tahapan berikutnya yaitu pemupukan.
Kegiatan Komsel atau Sel-sel group merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan karena melalui kegiatan seperti itu kita saling menguatkan satu dengan lainnya baik dari pengalaman hidup rohani masing-masing jemaat yang di sharingkan dalam group. Kemudian ada pengupasan ayat-ayat alkitab yang lebih mendalam karena sifatnya dua arah tidak seperti mendengarkan kotbah di hari Minggu yang sifatnya hanya satu arah. Pendalaman atas pemahaman ayat-ayat alkitab dapat menumbuhkan atau menguatkan iman dan membentuk kita lebih tangguh.
Penyinaran matahari pada tumbuhan adalah semacam proses pembentukan (fotosistesis) yang berkelanjutan selama tumbuhan itu bertumbuh dan proses ini membutuhkan reaksi dari luar yang mungkin menyakitkan karena panasnya sinar matahari tetapi prosesnya memberikan efek pertumbuhan yang terus berkesinambungan demikian juga proses yang dialami pada pertumbuhan iman orang kristen tidak berbeda jauh. Prosesnya dapat berupa masalah yang dihadapi ketika diluar lingkungan gereja atau persekutuan, kita dapat mengevaluasi bagaimana kesiapan iman ketika diperhadapkan berbagai persoalan hidup yang dimulai dari masalah-masalah kecil sampai problem yang besar. Dikalangan Kristen masalah sering diumpamakan seolah-olah adanya raksasa ( Giant ) atau tembok besar yang menghalangi dan memberikan rasa tidak nyaman yang membuat rasa sakit, lelah, stress dan perasaan lainnya. Tetapi proses peremukan itu harus terjadi barulah iman kita dapat bertumbuh menjadi dewasa…..
Apa yang dimaksudkan proses persakitan ?
Dalam perjanjian lama banyak kisah tokoh-tokoh yang mengalami proses persakitan tetapi membentuk iman mereka dan ada satu tokoh besar yang sangat sukses setelah mengalami berbagai masalah dari keluarga ( mertua dan anaknya ) dan pribadinya, yaitu Raja Daud. Mari kita bersama-sama mempelajari pergumulannya untuk membuka hati kita untuk lebih menyadari kalau tidak selamanya masalah akan membuat kita jatuh tergeletak.
- Perkelahian Daud dan Goliah ( 1 Samuel 17 : 40-58 ) merupakan pergumulan dirinya dalam menghadapi masalah yang ada di depan mata Daud. Dia percaya adanya penyertaan Tuhan “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu”. 1 Samuel 17:45. Daud menghadapi masalahnya bukan dengan persepsi atau kemampuannya sendiri tetapi Daud tahu siapa yang diandalkannya dan akan mem-backup-nya. Terkadang kita melupakan kuasa Tuhan ketika masalah ada didepan mata kita.
- Perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa. “ Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.” Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. 1 Samuel 18 : 6-9. Ini merupakan pergumulan ke dua Daud terhadap sikap mertuanya dan menjadi sebuah problem rumah tangga sampai hari ini, hubungan yang sering kurang harmonis antara mertua dan mantua tau sebaliknya. Pertanyaannya : bagaimana sikap Daud terhadap mertuanya Saul ? Dengan hikmat dari Tuhan, Daud tidak membalas kepada Saul tetapi menyerahkan pergumulannya kepada Tuhan, artinya Tuhan yang bertindak sesuai rencana-Nya dalam pergumulan rumah tangganya.
- Dalam 2 Samuel 18 : 1-33 mengisahkan peperangan keluarga antara ayah dan anak, dimana sang anak Absalom menggulingkan kekuasaan raja Daud ayahnya. Tetapi Tuhan mempunyai rencana-Nya sendiri dan tetap tidak meninggalkan Daud walaupun diakhiri dengan kisah yang menyedihkan Absalom anaknya meninggal. Apapun yang terjadi Daud tetap menangisi anaknya dengan amat sedih. Pelajaran apa yang kita dapatkah dari kisah ini, bahwa seorang ayah tetap mengasihi anaknya walaupun kelakuan yang ditunjukan oleh anaknya tidak sepatutnya, tetapi tetap bijaksana dalam menyikapi situasi konflik keluarga dan tetap harus tegar menghadapi pergumulan tersebut dan tidak lari dari persoalan atau meninggalkan Tuhan atau menyalahkan Tuhan dengan kata tanya; Mengapa seperti ini ? dll dll.
- Kisah Daud dan Batsyeba 2 Samuel 11 : 1-27 merupakan kejahatan yang dibuat oleh Daud seolah-olah tidak ada yang mengetahui apa yang dirancangnya. Diam-diam menyukai Batsyeba yang menjadi istri dari Uria prajuritnya bahkan secara licik merencanakan kejahatan sangat keji dengan mengirimkan Uria berperang di depan medan pertempuran sehingga rencana jahat Daud dapat terlaksana seakan-akan adanya kewajaran yang terjadi. Gugurnya Uria di medan perang seolah-olah pahlawan perang yang dihormati tetapi dibalik semua itu terselip muslihat licik untuk mendapatkan Batsyeba dengan kebebasan penuh tanpa ada halangan lagi. Pertanyaannya : Bukankah kita sering diam-diam bermain api dengan asumsi bahwa Tuhan tidak melihat atau mengetahuinya ? Benarkah seperti itu ?
- Lewat 2 Samuel 12, kita belajar sebuah pertobatan Daud setelah Nabi Natan datang memberikan perumpaan yang akhirnya membuat Daud terpukul hatinya bahwa ternyata betapa buruk dirinya di hadapan Tuhan dan penyesalannya dapat kita baca di Mazmur 51. Kelahiran baru akhirnya terjadi setelah sebuah pertobatan menyadarkan Daud atas dosa atau kesalahahan yang diperbuatnya dan pertobatan yang diwujubkan melalui perbuatan. “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! ” Mazmur 51 : 7.
Pertumbuhan iman harus mengalami berbagai masalah atau rintangan yang merupakan proses pembentukan barulah kita dapat menguji tingkat level iman. Tidak ada yang mudah atau gampang untuk kita dapat langsung masuk Surga karena percaya dan menerima Tuhan sebagai juruselamat, untuk kasus tertentu bisa seperti itu seperti penyamun yang disebelah Jesus ketika disalibkan. Tetapi Tuhan tidak mau kita menggampangkan keselamatan sehingga value atau nilai keselamatan menjadi bias seolah-olah begitu mudahnya, darah yang dicurahkan di kayu salib bukan untuk orang-orang yang dengan mudahnya menjadikan keselamatan sebuah komoditas atau tiket masuk surga yang gampang dengan ucapan dimulut. Tetapi bagaimana kita sudah men-teladani karakter Kristus dalam kehidupan rohani setiap harinya didalam lingkungan dimana Saudara berada.
Melalui renungan sedehana ini, harapan saya semua pembaca mau mulai mengevaluasi kembali bagaimana proses pertumbuhan imannya. Tidak ada alasan atau mencari-cari dalih untuk membenarkan alasan yang kita ciptakan sehingga cenderung menyalahkan situasi atau kondisi mengapa kita tidak bisa bertumbuh (No reason & No Excuse). Saudara mau bertumbuh harus dimulai dari diri kita sendiri; langkah-langkah apa yang harus dipersiapkan, tentunya harus adanya komitmen pribadi dengan Bapa; setiap pagi bersaat teduh sejenak mendengarkan arahan-Nya, merenungkan firman-Nya senantiasa, meng-aplikasikan teladan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari, mau berkonsultasi atau berkomunikasi (doa) secara pribadi sebelum mengambil keputusan penting; menyediakan keheningan sejenak untuk dengar-dengaran suara-Nya.
Renungan oleh : Ev. Edward Pipie Jahja