“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri”. Yakobus 1 : 22. Judul diatas merupakan tema Natal tanggal 8 Desember 2017 yang baru lalu di kantor dimana saya bekerja sekaligus merupakan penutup dari tema-tema yang ada sepanjang tahun 2107 dimana tema kotbah tiap Jumat di kantor dalam persekutuan doa yaitu menjadi Pelaku Firman.

Sekilas ayat di Yakobus dibaca terkesannya hanya mengingatkan kembali kepada kita kalau jadi orang Kristen harus menjadi Pelaku firman dan bukan pendengar saja, kemudian prakteknya kita sudah lupa dengan ayat itu lagi. Coba perhatikan kalimat penutup ayatnya …sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” Saya tebalkan tulisannya supaya ada penekanan, karena memang kalimat yang terakhir ini sering kita lewatkan begitu saja, bukan ? Banyak orang Kristen lebih bersikap pasif sebagai pendengar terus sambil mengangguk-angguk membenarkan apa yang disampaikan oleh pendeta di mimbar tetapi selesai sampai disitu titik dan diikut jawab Amin pula ketika pembicaranya katakan mana aminnya. Akhirnya bubaran gereja mulailah tanpa disadari muncul kembali ego masing-masing lagi padahal tadi waktu mendengarkan Firman Tuhan mengangguk membenarkan dan saya percaya diantara pembaca pernah melihat terjadinya suasana ribut mulut dengan tukang parkir atau saling klakson kencang dibunyikan karena jalur keluarnya disalip (disodok istilah umumnya ) oleh mobil lain disaat mobil-mobil jemaat bergerak keluar dari parkiran gereja padahal tadi di mimbar pendeta memberikan renungan tentang buah-buah Roh Kudus di Galatia 5:22-23  salah satunya ada Kasih, Sabar & Kelemahlembutan. Sebuah Fenomena yang sangat menyedihkan…

Ajaran Firman Tuhan itu memang susah-susah gampang ( susah terimanya dan gampang melupakannya ) atau gampang-gampang susah ( gampang dengerinnya sambil tertawa-tawa karena yang bawanya lucu tetapi ketika firman itu dipraktekan susahnya setengah mati ), saya percaya memang seperti itulah situasi yang sebenarnya. Kalau kita mau memahami kembali kalimat di ayat yang terakhir …sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” Maka intisari dari surat Yakobus 1:22 itu ada dibagian ini, mau dimanakah posisi kita ? selalu menipu diri sendiri atau sungguh-sungguh menjadi pelaku firman ? Jawabannya kembali kepada pribadi kita masing-masing.

Saya coba sharingkan sebuah kejadian yang terjadi di apartemen bersama ke dua anak. Suatu malam saya pulang dari kantor sampai lokasi apartemen sudah jam 20:00 malam kurang lebih, ketika tiba di depan pintu masuk apartemen dibawah pintu ada sampah makanan dalam plastik, saya hanya berpikir ada yang iseng saja mungkin anak-anak kecil yang malas jauh-jauh buang sampahnya, lalu sampah plastiknya saya bawa ketempat sampah yang tidak jauh. Hari kedua saya pulang tidak terjadi apa-apa tetapi ketika anak yang kuliah malam kembali jam 22:00 malam dia langsung ngomel “Papa ada yang buang sampah di depan pintu kita…” saya sampaikan mungkin ada yang iseng dibuang ke sampah saja dan saya ceritakan kejadian itu terjadi juga kemarin. Kedua anak mulai langsung protes dengan berbagai argumen minta laporkan saja ke sekuriti karena sudah menggangu ketenangan dll, saya sampaikan tidak perlu.

Dua hari kemudian terjadi lagi sekitar jam 22:30 malam pintu diketuk oleh sekuriti keliling bahwa kenapa kami menaruh sampah di depan pintu dan setelah dijelaskan barulah paham sekuritinya. Dengan refleknya sekuriti memeriksa isi kantong sampah makanan dan ditemukan nomor unit yang pesan makanan tersebut, ditanya apa perlu di tegur langsung oleh sekuriti dan saya tetap sampaikan tidak perlu biarkan saja. Saya tidak menghendaki konflik yang tidak ada manfaatnya dikarenakan sifat iseng belaka. Keputusan saya tentunya diprotes oleh kedua anak dan saya sampaikan untuk apa kita bertindak seperti manusia dunia sehingga tercipta konflik keributan yang tidak jelas diantara tetangga, tentunya sebagai orang Kristen kita harus bijaksana menyikapi segala situasi bukan dengan kedagingan. “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”. Matius 10:16

Hikmat yang didapatkan dari ayat diatas jadilah orang Kristen yang cerdik tapi tulus seperti merpati artinya tidak usah buat gaduh suasana tapi tujuannya tercapai. Saya sampaikan kepada kedua anak nanti kalau ketemu plastik sampah di depan pintu lagi dan lihat tulisan pesanan dari mana lalu kembalikan di depan pintunya. Puji Tuhan ada dua kali kejadian lagi dan kami kembalikan di depan pintunya, sampai hari ini sudah berbulan-bulan tidak ada kejadian lagi dan tidak ada konflik yang tidak jelas akhirnya….

Menjadi pelaku firman tidaklah mudah tetapi itulah amanat yang diberikan oleh Tuhan melalui Alkitab yang kita baca dan Firman yang didengar setiap minggunya tentunya akan bermanfaat membentuk kedewasaan rohani kita untuk menjadi serupa seperti sifat dan karakter Yesus. Kita harus dapat mendisiplinkan diri untuk membaca Alkitab secara rutin setiap hari karena Firman Tuhan yang terus menerus dibaca dan didengar bagaikan air sejuk yang mengalir terus menerus mengisi hati dan pikiran kita. Firman Tuhan bukan hanya dapat menjaga agar kelakuan kita tetap bersih dan perlahan-lahan mengubah karakter kita menjadi serupa karakter Kristus. Kita harus mau menyediakan waktu minimal 30 menit tiap hari untuk berdoa berkomunikasi dengan Tuhan dan membaca Alkitab untuk memahami isi hati-Nya.

Yesus berkata: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”. Matius 4:4  Renungan ataupun kotbah-kotbah yang sering kita dengar setiap minggu, di komsel atau persekutuan ibarat bibit (iman) yang sedang diberi pupuk karena “…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Roma 10:7.  Tetapi bukan hanya mendengarkan saja tetapi harus diselaraskan dengan perbuatan-perbuatan yang merupakan bagian dari pelaku firman“Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”. Yakobus 2:22 Yokabus sangat menekan pada janganlah menipu diri sendiri artinya ada sebuah pesan penting yang ditujukan kepada orang-orang yang hanya mendengarkan firman tetapi tidak mau menjadi pelaku firman.

“Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.” Yakobus 1: 23-24  Orang yang hanya mendengar tanpa mau melakukan itu seperti orang yang hanya melihat dirinya secara maya / semu. Seperti kita berkaca, kita hanya melakukannya sebentar saja, dan kemudian kita meninggalkan cermin itu dan tidak lagi mengingat-ingat apa yang barusan kita lihat. Sehingga jika kita tidak kembali berkaca kita tidak akan tahu bagaimana rupa kita sekarang. Inilah gambaran yang diberikan oleh Yakobus.

Apakah kita masih ingat dengan pengajaran Yesus tentang Dua Macam Dasar di Matius mengenai orang yang membangun rumah diatas pasir ? “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” Matius 7 : 24-27  Jika kita sebagai Pelaku Firman maka sikap yang ditunjukan tentunya mendengar dan melakukannya barulah kita akan teguh seperti rumah yang dibangun diatas batu yang kokoh.

Ada 3 point  (hujan, banjir & angin) yang digambarkan dalam pengajaran diatas, yaitu :

  1. Hujan dapat diartikan dengan hujan masalah atau kesulitan, maka kekuatan atau ketahanan kita sebagai orang beriman bagaimana menyikapinya.
  2. Banjir dapat diartikan dengan banjir berkat atau kelimpahan yang akan menguji karakter hidup kita. Puncak keberhasilan dan diberkati harta berlimpah terkadang membuat orang tanpa sadar tidak tahan ujian, perlahan-lahan tapi pasti imannya mulai goyah dalam gemilang silau harta yang semu.
  3. Angin dapat diartikan dengan proteksi atau perlindungan-perlindungan pada umumnya ketika angin badai atau kencang yang menghantam kita mungkin menggenggam keras-keras supaya kuat tidak jatuh, tetapi yang mengejutkan dan menjatuhkan kita bukan angin yang keras tetapi angin yang sepoi-sepoi ( masih ingat kisah kera yang tertidur dan jatuh dari pohon setelah ditiup oleh angin sepoi-sepoi ) karena iman kita terlena dalam comfort zone ( zona nyaman ) sehingga tidak waspada lagi.

Orang yang bijaksana tentu akan berhati-hati didalam menjaga kedewasaan rohaninya karena kesehariannya berusaha menjadi pelaku firman dalam segala hal, maka firman yang didengarnya secara otomatis harus dapat menyatu dan mengalir dalam prilakunya. ( Silahkan dibaca artikel 3 Golden Rules )

Renungan oleh : Ev. Edward Pipie Jahja

Loading