“Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya.” Lukas 18:23 kemudian dilajutkan dengan ayat 24 “Lalu Yesus memandang dia dan berkata: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah” Sampai disini saya percaya para pembaca pasti mengetahui kisah yang melantar belakangi cerita diatas sehingga Yesus berkata seperti itu di Lukas 18:24 bahwa orang kaya sukar masuk surga karena tidak bisa melepaskan semua hartanya dan sepertinya mengikuti Yesus tanpa bawa apa-apa (seolah-olah dimiskinkan istilah dari Kpk bagi koruptor jaman sekarang), sesungguhnya bukan seperti itu maksud daripada Yesus ketika bicara dengan orang muda kaya tersebut.
Kalau hati kita masih terikat dengan kebutuhan jasmani atau lebih tepatnya hidup kita masih bergantung kepada harta dunia seperti Kekayaan & Popularitas maka kita akan sulit fokus dengan apa yang Tuhan Yesus inginkan dan ajarkan kepada setiap kita yang menjadi atau mengaku sebagai murid-muridNya. Dikarenakan pikirannya sebentar-bentar akan berhitung-hitungan dengan waktu yang mungkin banyak tersita di pelayananan atau persekutuan, dan apabila bersamaan waktunya ada ajakan makan bersama dengan kolega bisnisnya yang mau membicarakan adanya opportunity keuntungan bisnis, disanalah kebimbangan akan membuat kita menjadi galau, ragu-ragu, banyak pertimbangan dan tidak fokus mengikuti perintah atau amanat Tuhan Yesus, bukan ? Hati kita menjadi tidak fokus….
Tetapi bukan berarti kita tidak boleh kaya harta, Tuhan Yesus mau hati kita tidak berat dengan harta didunia. Karena berkat yang diberikan oleh Tuhan dalam hidup kita harusnya memberkati orang lain melalui berkat kekayaan yang Saudara terima sehingga essensi dari kasihilah sesamanya dapat diwujudkan dengan menyalurkan berkat Saudara kepada orang-orang yang membutuhkan seperti anak-anak yatim piatu, janda-janda miskin dan seperti yang disampaikan dalam surat Yakobus 1:27 “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia”.
Dalam kisah diatas orang kaya yang mau mengikuti Yesus akhirnya menjadi sedih, kecewa dan pergi (Mark. 10:22). Saya percaya bukan orang muda kaya yang sedih tetapi Yesus sendiri pasti terlebih sedih hatinya dikarenakan melihat orang yang sulit melepaskan apa yang menjadi ikatan atau yang masih terikat dalam dirinya. Bersediakah Saudara melepaskan apa yang selama ini menjadi keterikatan Saudara sehingga menyulitkan Saudara untuk melepaskan dan melayani untuk mengikuti Tuhan Yesus ? (Bisa harta, jabatan, profesi, pacar dll )
Sekarang kita melihat kisah ke 2 “Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya”. Lukas 19:1-2
Di ayat 2 sudah tergambar siapakah Zakheus dan profesinya sebagai pemugut cukai kita sudah tahu dia bukanlah orang yang baik-baik, bukan ? dapat digambarkan orang sekarang seperti profesi Rentenir atau Tengkulak yang mengambil keuntungan dengan membebankan bunga setinggi-tingginya atau mengenakan pajak sesukanya. Tetapi dalam kisah ini Zakheus begitu tertarik untuk melihat siapakah sosok Yesus yang waktu itu cukup terkenal serta fenomenal dengan ajaran dan mujijat-mujijatNya. Coba perhatikan reaksi dari Zakheus ketika Yesus menyuruhnya turun dan mau ke rumahnya, menerima dengan sukacita (Lukas 19:6 ).
Perhatikan di Lukas 19 : 8 Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat”. Tanpa perlu dikotbahin yang panjang-panjang atau disuruh-suruh, Zakheus setelah menerima Yesus dengan sukacita terjadilah impartasi dimana dia bereaksi langsung dengan sebuah sikap pertobatan yang diwujubkan dalam tindakannya yaitu bersedia memberikan setengah dari miliknya dan tidak tanggung-tanggung dikembalikan 4x lipat. Saya percaya sikap radikal yang ditunjukan oleh Zakheus pasti memberkati dia serta keluarganya, karena tidak mungkin dia mau memberikan setengah kekayaannya dan keluarganya tidak tahu bukan ? Bagaimana dengan Saudara, bersediakah untuk bertindak radikal seperti Zakheus ?
Pertanyaan : Apa perbedaan Zakheus dan Anak muda yang sama-sama kaya ? dan mereka sama-sama bertemu dengan Yesus. Perbedanya yang satu kelihatannya baik-baik ( anak muda kaya ) dan satunya kelihatan brengsek (pemungut cukai) tetapi sikap keduanya amat sangat berbeda didalam mengambil keputusannya ketika bertemu dengan Yesus; Ada yang mau mengikuti Tuhan dengan cara yang Tuhan mau tetapi ada juga yang mau mengikuti Tuhan dengan caranya sendiri. Bagaimana dengan Saudara dan Saya ?
Kesimpulan : Ingatlah bahwa Tuhan tidak melihat apa dan bagaimana profesi atau siapakah Saudara, tetapi yang Tuhan lihat adalah Isi Hatimu !
Renungan oleh Ev. Edward Pipie Jahja