Perumpamaan tentang anak yang hilang ( bc. Lukas 15:11-20 ) harap dibaca dulu kisahnya supaya kita bisa bersama-sama mempelajari apa yang Tuhan inginkan kita perbuat dalam dalam hidup ini. Mari kita bahas bersama ayat-ayat di Lukas 15 secara sederhana supaya pesan yang mau disampaikan dapat kita cerna dengan baik.
Pada ayat 11-14 dikisahkan tentang seorang anak yang kurang berbakti atau tepatnya kurang ajar, mengapa ? Biasanya masalah warisan dibagikan setelah orang tua meninggal dan sangat tidak wajar kalau warisan sudah diminta sebelum orangnya almarhum sama dengan mengharapkan kematiannya. Bilamana ada anak yang meminta warisan sebelum adanya kematian biasanya masyarakat akan memberikan cap anak yang kurang ajar atau tidak tahu budi. Dari ayat 11-14 ada 2 hal yang kita pelajari, yaitu : 1. Hidup dalam ketidaktaatan dan menghormat, 2. Ketidaktaatan akan menimbulkan efek ( bc. Lukas 15:14b ).
Biasanya penyesalan selalu datang dibelakang tetapi jauh lebih baik daripada tidak mau bertobat sama sekali dari kelakuannya yang salah. Mari kita perhatikan ayat 17-18 ketika anak yang bungsu sudah menyadari dan mau bertobat, maka segeralah melakukan action dengan bangkit dan pergi untuk kembali kepada ayahnya. Artinya pertobatan bukan hanya dengan ucapan di mulut tetapi harus ada langkah konkrit dengan datang ke Bapa untuk minta ampun atas kesalahan yang diperbuatnya selama ini.
Disaat Saudara mau bertobat dan menyadari untuk tidak mengulang kembali berarti ada sikap untuk taat dan patuh kepada Bapa. Umumnya masalah atau problem yang tidak selesai-selesai atau belum terpecahkan selama ini akan ada jalan keluarnya sehingga semua akan berbanding terbalik ( bc. Yehezkiel 36:29-30 ). Disaat pintu pengampunan dibuka untuk Saudara dan melihat dari reaksi yang ditunjukan ayah anak bungsu adalah berlari dan menyambutnya ( bc. Ayat 20b ), hal ini sama dengan Bapa di surga yang akan sangat bergembira untuk merangkul dan memeluk anaknya yang hilang sudah kembali.
Kesimpulan : Ingatlah disaat Saudara merasakan adanya hubungan yang tidak lagi harmonis dengan Bapa, segeralah bertobat mengakui segala kesalahan yang dibuat dan kembali kepada Bapa sehingga hubungan Saudara akan dipulihkan kembali.
Renungan oleh Ev. Drs. Edward Pipie Jahja