Life has to be fruitful, or else it will just be useless.
“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah”. Filipi 1 : 22 Ayat ini sangat straight to the point bahwa tujuan hidup didunia itu bekerja untuk menghasilkan buah. Kalau kita melihatnya secara Alkitabiah. Tetapi kenyataannya bahwa setiap orang pasti mempunyai tujuan hidup yang berbeda-beda dan mau dilihat dari sudut pandang yang mana. Pertanyaannya Buah seperti apa yang ingin kita dapatkan ketika kita masih hidup di dunia ini?
Mari kita kembali kepada pokok pembahasan mengenai tujuan hidup, biasanya pandangan secara umum sebagai berikut :
Umum : Lahir, belajar, kerja, memaksimalkan karir, prestasi gemilang, hidup enak, berlimpah-limpah dengan harta, jaminan akhir tua, dan masa depan keluarga terjamin dst dst.
Apakah salah pandangan umum seperti diatas ? jawabannya pasti ‘tidak’ karena konsep seperti itulah yang diajarkan kepada kita secara positif dan merupakan pandangan umum diharapkan oleh orang tua manapun agar anak-anaknya tumbuh sukses dikemudian harinya. Coba kita perhatikan rentang waktunya dari Kerja, karir, prestasi, hidup enak dan berlimpah harta ini masa yang sangat rawan biasanya setelah lulus kuliah dari umur 25 – 40 tahun adalah masa yang penuh dengan berbagai cobaan atau hawa nafsu yang sulit di kontrol dan dapat dikatakan itu merupakan masa dimana keinginan daging sedang memberontak. Banyak kisah-kisah sukes anak-anak muda yang berkiprah luar biasa dan banyak juga kisah-kisah anak muda yang akhirnya jatuh dalam lembah dosa Alkohol, Narkoba dan Hiv. Mengapa bisa ke dua sisi itu terjadi bersamaan ?
Tujuan hidup kita sebenarnya bukan berpusat pada diri kita sendiri, melainkan pada Tuhan, sang pencipta — yang telah menentukan tujuan hidup kita, bahkan sebelum kita dilahirkan. Jadi, adalah sia-sia jika kita hanya memandang sebuah tujuan dari sudut pandang kita sendiri, sebab “Segala sesuatu diciptakan oleh dia dan untuk Dia. ” Kolose 1:16b
Kita kembali ke ayat diatas dimana Paulus mengingatkan kita kalau mau hidup didunia ini maka kita harus dapat memberikan atau menghasilkan buah, apa yang dimaksudkan dengan menghasilkan buah. Dalam Matius 12:33 Yesus pun sudah berulang kali memberi penekanan akan hal ini. Perhatikan ayat berikut yang berasal dari ucapan Yesus sendiri. “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal”.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Yohanes 15:4-6 Yesus kembali mengingatkan kita kembali melalui ayat ini.
Orang Kristen tujuan hidupnya ditentukan oleh kualitas atau hubungannya dengan Tuhan dan bersedia menyatukan dirinya untuk dipimpin hidupnya oleh Roh Kudus sehingga semua berkat yang diterima baik berupa Pekerjaan, Karir, Prestasi, Hidup penuh sukacita (enak), Berkelimpahan dan seterusnya menunjukan bahwa ini merupakan buah yang dihasilkan dikarenakan hidupnya tinggal didalam pokok anggur yang benar. Life has to be fruitful, or else it will just be useless. Kalau disederhanakan lagi Tuhan mau kita berbuah bukan hal-hal yang berhubungan dengan lahiriah saja tetapi kepada pendewasaan rohani supaya kita menjadi serupa dengan Kristus dengan melakukan :
- Buah-buah Roh Kudus ( Galatia 5 : 22-23 )
- Jadilah Garam dan Terang dunia ( Matius 5 : 13 -16 )
- Jadikanlah semua bangsa murid-Ku ( Matius 28 : 19 )
- RANCANGAN ALLAH
Alkitab mengatakan “Beginilah firman Tuhan yang menjadikan engkau , yang membentuk engkau sejak dari kandungan” Yesaya 44 : 2. Maka dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa Saudara ada karena Allah mau dan menginginkan Anda, bukan sekadar kebetulan semata. Kehadiran Saudara didunia ini merupakan rancangan Tuhan dengan segala perhitungannya, Dia adalah ahli biologi, seniman dan arsitek kehidupan buktinya begitu sempurna Tuhan merancang seluruh sistim dalam tubuh biologi kita dari pembulu darah terkecil sampai syaraf-syaraf halus. Memberikan konser kehidupan yang penuh dengan nada-nada harmonisasi yang indah; ada nada rendah, sedang dan tinggi demikian pun perjalanan kehidupan terkadang ada senang-sedih, dan ada suka-duka silih berganti. Dia sudah menyiapkan perjalanan hidup kita sesuai dengan rancangan-Nya, karena Tuhan tidak menciptakan kita seperti sedang bermain rollete yang tinggal lempar kemudian keluar nomor berapa dst dst. Allah adalah perancang yang sungguh luar biasa, Ia merancang segala sesuatunya. Dimana dan kapan Anda lahir, siapa orang tua kandung Saudara dan segalanya tentang Saudara. Artinya kita sudah ada karena perencanaan Allah yang amat sangat matang jadi bukan asal-asalan.
Jika kita merupakan bagian daripada rancangan Allah harusnya hidup kita tidak berantakan atau tidak susah-susah banget semuanya lancar-lancar saja. Ops….nanti dulu !! Apa Saudara masih ingat dengan ayat Yohanes 15:4-6 diatas ? Itu merupakan kunci jawaban dari Rancangan Allah bagi hidup Saudara, kalau kehidupan Saudara tidak seperti yang diharapkan pada hari ini, marilah kita instropeksi kembali apakah saya masih melekat pada pokok anggur yang benar atau salah nempel ? dengan sering melakukan evaluasi diri kita akan paham sudah sejauh apa Saudara menyimpang dari Rancangan Allah. Intinya kehadiran Saudara di dunia ini bukan kebetulan semata tetapi sudah dalam Master Plannya Allah.
1. PERSPEKTIF KEHIDUPAN / CARA PANDANG
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar”. Lukas 16 : 10 Kita perhatikan huruf yang ditebalkan yaitu kata Setia artinya ada sebuah kepercayaan atau sebuah tanggung jawab yang diberikan kepada saya dan Saudara, untuk apa ? Pembahasan sebelumnya sudah dipamahami bahwa kehadiran Saudara di dunia ini bukanlah sebuah kebetulan belaka tetapi ada sebuah tujuan untuk menyempurnakan Rancangan Allah dan menghasilkan buah. Maka kita semua diberikan sebuah tanggung jawab untuk menjaga kesetiaan, yaitu setia didalam rancangan atau master plan-Nya.
Alkitab memberikan 3 pandangan Allah terhadap kehidupan dan bagaimana cara kita memandangnya ?
Pertama, kehidupan adalah sebuah ujian. “Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak. Engkau telah membawa kami ke dalam jaring, mengenakan beban pada pinggang kami; Engkau telah membiarkan orang-orang melintasi kepala kami, kami telah menempuh api dan air; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas”. Mazmur 66 : 10-12 Ujian didalam kehidupan merupakan sebuah proses didalam pendewasaan pertumbuhan Iman, tanpa mengalami tantangan didalam kehidupan rohani maka kita tidak dapat melihat AnugerahNya atau penyertaanNya ketika proses ujian berlangsung didalam kehidupan kita. Ketika Saudara menyerahkan ujian atau tantangan itu kepada Tuhan dalam doa dan peka dengan suara Roh Kudus, maka satu per satu soal-soal ujian kehidupan itu akan terjawab dengan mudahnya seolah-olah ada gprs atau map yang menuntun Saudara didalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Pertanyaannya, Bagaimana respon Saudara terhadap tantangan maupun pencobaan dari Allah? Apakah Saudara sanggup dan siap untuk menjalaninya ?
Kedua, Kehidupan adalah sebuah kepercayaan. “–sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat –“ 2 Korintus 5 : 7 Masih ingat apa yang diminta Allah kepada manusia pertamanya di dunia; bahwa pekerjaan pertama yang Allah berikan kepada manusia adalah mengelolah dan memelihara “barang-barang” Allah di bumi ( Kejadian 1 : 29-30 ). Yesus sering kali menunjukan kehidupan sebagai sebuah kepercayaan dan menceritakan banyak kisah untuk menggambarkan tanggung jawab ini kepada Allah. Dalam kisah tentang talenta, ( Matius 25:14-29 ) dimana seorang pengusaha mempercayakan kekayaannya kepada pemeliharaan hamba-hambanya sementara dia pergi. Ketika dia kembali, dia mengevaluasi tanggung jawab setiap hambanya dan memberi mereka upah atas itu. Sang pemilik berkata, ”Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. “ Matius 25 : 21
Kisah tentang talenta merupakan gambaran Allah kepada kita, bilamana kehidupan dunia ini sudah berakhir Saudara dan saya akan dievaluasi kemudian diberi upah sesuai dengan kepercayaan Tuhan kepada kita didalam menjaga kepercayaan-Nya. Tuhan akan memberikan 3 jawaban atas evaluasi-Nya atas kepercayaan yang diberikan kepada kita selama hidup di dunia, yaitu :
- Dia akan berkata “ Baik sekali perbuatanmu !”
- Saudara akan dipromosikan dan diberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi,
- Saudara akan dihormati dan di undang masuk dalam kebahagian tuannya
Sebuah kebenaran bahwa banyak orang gagal menyadari bahwa uang merupakan sebuah ujian sekaligus sebuah kepercayaan dari Allah. Allah menggunakan keuangan untuk mengajar kita untuk mempercayai-Nya, dan bagi banyak orang, uang adalah ujian terbesar. Allah melihat bagaimana kita menggunakan uang untuk menguji bagaimana kita layak dipercayai. Alkitab berkata, “Jadi, kalau mengenai kekayaan dunia ini kalian sudah tidak dapat dipercayai, siapa mau mempercayakan kepadamu kekayaan rohani ? “ Lukas 16:11
Renungan : Sudah sejauh manakah Saudara melakukan kepercayaan yang diberikan Allah didalam kehidupan ini karena ada upah yang akan kita terima nantinya ?
Terakhir, kehidupan adalah sebuah penugasan sementara, “sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” – 2 Korintus 4:18 Mengapa ?
Mengapa ? Alkitab banyak mengajarkan bahwa kehidupan di bumi sangatlah sementara, singkat dan penuh kefanaan. Agar kita dapat memahami kehidupan ini dan dapat memanfaatkannya secara maksimal dan utuh, kita harus memahami 2 hal penting ini : Pertama, kehidupan benar-benar sementara. Kedua, bumi dimana kita tinggal sekarang adalah tempat kediaman dalam waktu yang sementara. Karena Kita tidak akan benar-benar merasa puas di bumi dimana kita diciptakan untuk lebih daripada itu. Kita mungkin memiliki saat-saat yang membahagiakan di bumi tapi semua itu tidak akan sebanding dengan apa yang Allah telah rencanakan untuk kita. itulah sebabnya, masa hidup kita di bumi bukanlah sebuah kisah lengkap kehidupan dan Kita harus menanti sampai surga barulah bisa melihat sisa-sisa dari bab kehidupan itu. Dan dibutuhkan iman untuk hidup di bumi sebagai orang asing dalam arti kita harus dapat mengalahkan keinginan duniawi atau keinginan daging seperti tertulis 1 Petrus 2 : 11 “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau , kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” (BERSAMBUNG)
Renungan kotbah oleh Ev. Drs. Edward Pipie Jahja