Kita terpanggil ”untuk berusaha supaya kedapatan tak bercacat dan tak ternoda dihadapannya, dalam perdamaian dengan Dia.” 2 Petrus 3 : 14
Kata kerja terpanggil terasa begitu kuat dan bukan hanya sekedar ajakan atau bujukan tetapi sebuah intruksi yang jelas bahwa kita semua sebagai orang Kristen atau yang berpredikat sebagai anak-anak Allah harus atau diwajibkan untuk berusaha menjalankan hidup dengan tidak bercacat cela baik dalam prilaku sehari-harinya dan tidak melakukan hal-hal yang mendukakan hati Tuhan.
Perbuatan ternoda itu sama dengan keinginan daging atau perbuatan daging seperti yang tertulis di Galatia 5 : 19-21 yaitu Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Kalau ayat 21 dilajutkan maka kita tidak akan mendapatkan bagian dari Kerajaan Allah dikarenakan hidup ternoda.
Bagimana kita bisa hidup tak bercacat seperti yang dikatakan di dalam 2 Petrus 3:14 menjelang kedatangan-Nya. Janji Tuhan sebelum naik ke surga bahwa kita akan dipimpin oleh Roh Kebenaran ( Roh Kudus ) yang akan membantu kita untuk hidup tidak bercacat. Paulus mengingatkan kepada jemaat di Galatia bahwa hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging –karena keduanya bertentangan—Gal. 5 : 16-17 dan di ayat berikutnya ditekankan kalau kita tidak mau hidup bercacat maka serahkanlah dirimu untuk dipimpin oleh Roh Kudus.
Marilah kita bersama-sama melakukan Check Up atau Mengukur pertumbuhan kerohanian kita dan saya siapkan 8 cara yang dapat dipakai untuk melakukan evaluasi pertumbuhan iman kita.
Ke 8 cara atau tools tersebut adalah :
1. Kerinduan Mengenal Tuhan – Maz. 42 : 1
Masih ingat dengan lagu “S’perti rusa rindu sungai Mu, Jiwaku rindu Engkau…Kaulah Tuhan hasrat hatiku, Kurindu menyembahMu”. Kalau masih ingat coba kita sempatkan 5 menit untuk menyanyikan lagu ini dan rasakan adanya kerinduan dari jiwa kita kepadaNya dan lagu ini diambil dari ayat yang sama “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.” Maz. 42 : 1.
Kita perhatikan ayat yang dihuruf tebal “Merindukan” kata ini biasa kita pakai untuk orang yang mempunyai hubungan dekat dengan kita tentunya seperti sahabat karib atau kekasih. Karena kita tidak mungkin merindukan orang yang baru kita kenal sepintas lalu kecuali ada sesuatu yang istimewa dengan orang tersebut. Tentunya ketika kita merindukan seseorang artinya kita sudah pasti Mengenal secara pribadi orang tersebut bukan ?
Demikianpun sikap kita kepada Tuhan, kita harus lebih mengenal-Nya secara pribadi dan merasakan keberadaan-Nya, Kebersamaan-Nya serta Memahami-Nya didalam seluruh sendi-sendi kehidupan, barulah kita akan merasa merindukan-Nya setiap saat.
2. Kerinduan Kebenaran Firman Tuhan – Maz. 119 : 105
“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” Maz. 119:105. Sudah berapa kali kita membaca Alkitab dari Kejadian s/d Wahyu sampai hari ini. Pertanyaan ini sering kita dengar ketika pendeta menanyakan dan jawabannya bermacam-macam tentunya. Ada yang join group ABA ( Ayo Baca Alkitab ) ada yang sehari baca 3 pasal, 5 pasal dan 10 pasal sehingga tidak sampai setahun sudah habis dibaca dan kembali terjadi pengulangan baca lagi. Pertanyaannya: Apakah hanya sekedar baca dan mengejar target baca ? atau menyediakan waktu khusus menggali lebih dalam lagi atas kebenaran Firman Tuhan?
Alkitab melalui Yosua 1 : 8 “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung” Saya lebih menekan Renungkanlah itu siang dan malam karena dengan menyediakan waktu khusus untuk merenungkan Firman Tuhan artinya kita sudah sungguh-sungguh merindukan Kebenaran-Nya barulah Firman itu akan menjadi Pelita dan Terang bagi langkah-langkah kita.
3. Kesadaran Dosa – 1 Yoh. 1 : 9
Marilah kita mulai bertanya pada diri kita sendiri “Berapa banyak dosa yang sudah kulakukan hari ini ? “ Marah, ngomel, kesal, gosip, egois, dan pikiran negatif dll bisa kita sebut dosa artinya sulit kalau masih berargumentasi bahwa kita sudah sempurna dari dosa. Kita tidak mungkin luput dari perbuatan dosa yang sepertinya ringan atau seolah-olah biasa saja tetapi yang terpenting adalah kita mau menyadari, mengakui, dan bertobat atas dosa-dosa tersebut karena dosa tidak mengenal besar atau kecil.
“Jika kita MENGAKU dosa kita , maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan MENGAMPUNI segala dosa kita dan MENYUCIKAN kita dari segala kejahatan.” 1 Yoh. 1 : 9 Ayat ini harusnya mengingat kita kembali bahwa kita adalah Ciptaan Baru yang sudah mengalami Kelahiran Baru atas budi pekerti kita, maka setiap kali kita merasakan berbuat dosa kita harus segera mengambil tindakan untuk berlutut di kaki Tuhan dan mengakui dosa kita sehingga melalui Roh Kudus kita di murnikan kembali dan tidak membuka peluang bagi Iblis untuk membuat kita selalu merasa bersalah terus menerus.
Kalau sampai perasaan bersalah terus berakar, akhirnya kita merasa tidak layak lagi dan kembali melakukan dosa lebih banyak lagi karena sudah kepalang basah. Tetapi Firman Tuhan 1 Yoh. 1 : 9 mengingatkan kita untuk selalu bertobat dan kembali kepada-Nya. Jadi enak kan, setiap berbuat dosa lalu bertobat dan lakukan kembali. Tidak seperti itu !! Ingat….hukum tabur tuai tetap berlaku di dunia ini. Jadi berhati-hatilah…
4. Ujian & Pencobaan adalah Kesempatan Bertumbuh – Yak. 1 : 12
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Yak. 1 : 12. Kalau direnungkan ayat ini rasanya sangat paradok sekali bagaimana kita bisa berbahagia disaat kita menghadapi berbagai pencobaan yang datang silih berganti, rasanya sangat manusiawi kalau kita katakan tidak mungkin bisa berbahagia, yang ada stress, sedih dan kecewa. Apakah Firman Tuhan salah ?
Coba kita lihat lagi sebuah ayat di 1 Tes. 5 : 18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah didalam Kristus Yesus bagi kamu ”. Kata dalam segala hal berarti dalam situasi dan kondisi apapun ( sedih atau gembira ) kita diminta dapat mengucap syukur, demikianpun ketika kita menghadapi berbagai tantangan atau pencobaan. Disaat mulut kita mampu untuk mengucap syukur disaat-saat sulit, maka kita sudah menang atas pencobaan tersebut, dan Roh Kudus dapat mengambil alih pikiran negatif yang melemahkan iman disaat ucapan syukur itu kita keluarkan.
Disaat Saudara mau berserah dalam doa dan menyerahkan beban kita kepada Tuhan dan beri kesempatan kepada Roh Kudus untuk memberi kita hikmat dalam mengatasi persoalan yang sedang kita hadapi. Percayalah Tuhan tidak akan tinggal diam. Tanpa ada Goliath maka kita tidak akan mengenal Daud dan tanpa ada percobaan maka Saudara tidak akan melihat mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah. Setelah Daud mengalahkan goliath bukan berarti Daud tidak mengalami persoalan-persoalan baru yang lebih rumit lagi tetapi sikap Daud dalam menghadapi percobaan yang datang bertubi-tubi tidak membuatnya hilang dari peredaraan sejarah manusia malah namanya terus berlanjut sampai hari ini seperti yang kita baca di Alkitab.
Satu ayat lagi di 1 Korintus 10 : 13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya“. Saya rasa kita sudah bisa menyimpulkan bahwa 1. Pencobaan-pencobaan itu biasa 2. Tidak akan melebihi kekuatan manusia 3. Tuhan akan memberikan kita jalan keluar. ( Saya akan sharingkan bagaimana ketika pencobaan-pencobaan yang bertubi-tubi datang dalam hidup saya sampai titik terendah dilain sesi, karena ke 3 ayat diatas sangat luar biasa ketika saya mengalaminya). (BERSAMBUNG….)
Renungan kotbah oleh Ev. Drs. Edward Pipie Jahja